Friday, 30 March 2012

Phylum Annelida (Cacing Gelang/ Cincin)


Annelida berasal dari kata “annelus” yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-ruas, dan “oidus” yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, Annelida juga dikenal sebagai cacing gelang.  Cacing gelang/ cincin ini mempunyai rongga tubuh sejati dan tubuhnya bersegmen.

Cacing ini dapat hidup di dalam tanah, air tawar, dan di air laut. Hewan ini telah memiliki sistem digesti, saraf, ekskresi, dan reproduksi majemuk. Selain itu, hewan ini telah dilengkapi dengan pembuluh yang di dalamnya terdapat darah yang bersirkulasi. Sebagian besar cacing ini menghasilkan larva bersilia yang disebut  larva trokofor.

Annelida ini mempunyai sistem pencernaan sempurna yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, usus halus, dan anus. Selain itu, juga mempunyai sistem ekskresi berupa nefridia. Respirasinya melalui permukaan tubuh atau insang. Pada tiap-tiap segmen terdapat organ ekskresi, sistem saraf, dan sistem reproduksi.

Bagaimana cacing ini berkembang biak? Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang disebut  klitelum. Alat ini dapat digunakan untuk kopulasi dan akan menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk lapisan lendir sangat kuat untuk membentuk kokon, yaitu tempat/ wadah telur yang telah dibuahi.

Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya pembuahan harus dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan sperma yang disimpan dalam reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi butir-butir telur yang telah dibuahi.

Annelida dibagi menjadi 7 kelas, yaitu Archiannelida, Polychaeta, Myzostoma, Oligochaeta, Hirudinea, Echiurida, dan Gephyrea. Namun, hanya tiga kelas yang dibahas dalam postingan ini.

Berikut gambarnya..


1.    Kelas Polychaeta
Sesuai dengan namanya, kelompok cacing ini berambut banyak. Tiap segmen dilengkapi dengan  parapodia, yaitu semacam kaki yang terdapat pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Kepala dapat terlihat jelas dan bermata. Anggota species cacing jenis ini paling banyak di antara cacing yang lain. Habitat berada di laut.

Pada cacing ini, alat kelamin cacing jantan dan betina sudah dapat dibedakan, larvanya bersilia, dan dapat bergerak bebas yang disebut dengan trokopor. Pada saat musim kawin, bagian tubuh tertentu membentuk  gonad. Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh.

Anggota yang terkenal jenis ini adalah cacing palolo (Eunice viridis) dan cacing wawo (Lysidice oele). Di negara kita banyak terdapat di daerah Maluku, pada musim tertentu akan muncul di permukaan air laut. Cacing ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan yang mengandung protein tinggi.

2.    Kelas Oligochaeta
Bentuk cacing Oligochaeta berkebalikan dari cacing Polychaeta, yaitu mempunyai sedikit seta/rambut, tidak mempunyai mata dan parapodia. Sebagian besar cacing ini hidup di dalam air tawar atau di darat. Oligochaeta bersifat hermafrodit, tidak berparapodia, dan mempunyai beberapa setae.

Contoh dari kelas oligochaeta adalah, Aelosoma sp., Chaetogaster sp., Rhinodrilus fafneri, Megacolides australis, dan Lumbricus terrestris (cacing tanah).

Cacing tanah mempunyai peranan penting dalam menyuburkan tanah, mengapa? Makanan cacing ini adalah zat-zat organik. Setelah zat-zat sisa organik dimakan cacing, selanjutnya dicerna di dalam usus yang dibantu oleh enzim selulose. Jika cacing mengeluarkan feses, maka akan dikeluarkan di permukaan tanah. Feses tersebut masih banyak mengandung kalium fosfor dan nitrogen sehingga tanah di permukaan menjadi subur, selain itu, cacing tanah ini banyak membuat lubang di dalam tanah sehingga pada tempat tinggalnya terdapat aerasi/pertukaran udara berjalan dengan baik.

3.    Kelas Hirudenea
Hirudinea hidup di air tawar atau di darat. Kelas ini mempunyai anggota yang hidup parasitis atau predator dan tidak mempunyai parapodia atau setae-setae. Tubuh tersusun dari 33 segmen, 1 buah prostomium, alat pengisap berupa posterior atau anterior, bersifat hermafrodit, dan mempunyai banyak jaringan ikat. Contohnya, Hirudo medicinalis. (lintah).

Lintah merupakan hewan pengisap darah, pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat antipembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air.


Demikian saya ucapkan terima kasih untuk kunjungannya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Silahkan kasih komentar jika ada yang hal-hal yang ingin ditanyakan tentang materi dan soal biologi SMP SMA REMBANG. Atau contact saya di no HP. 085641467626. Atau via email di co.gaul86@gmail.com.



No comments:

Post a Comment

Silahkan masukkan komentar dan saran sesuai dengan postingan di atas. Untuk masalah di luar postingan di atas, silahkan tinggalkan pesan di buku tamu. Oke gan !! Atau yang maw bertanya seputar masalah biologi silahkan.