Annelida berasal dari kata “annelus” yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-ruas, dan “oidus” yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, Annelida juga dikenal sebagai cacing gelang. Cacing gelang/ cincin ini mempunyai rongga tubuh sejati dan tubuhnya bersegmen.
Cacing ini dapat hidup di dalam tanah, air tawar, dan di air
laut. Hewan ini telah memiliki sistem digesti, saraf, ekskresi, dan reproduksi
majemuk. Selain itu, hewan ini telah dilengkapi dengan pembuluh yang di
dalamnya terdapat darah yang bersirkulasi. Sebagian besar cacing ini
menghasilkan larva bersilia yang disebut
larva trokofor.
Annelida ini
mempunyai sistem pencernaan sempurna yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok,
usus halus, dan anus. Selain itu, juga mempunyai sistem ekskresi berupa nefridia. Respirasinya melalui permukaan
tubuh atau insang. Pada tiap-tiap segmen terdapat organ ekskresi, sistem saraf,
dan sistem reproduksi.
Bagaimana cacing ini berkembang biak? Pada cacing yang sudah
dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang disebut klitelum. Alat ini dapat
digunakan untuk kopulasi dan akan menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk
lapisan lendir sangat kuat untuk membentuk kokon,
yaitu tempat/ wadah telur yang telah dibuahi.
Meskipun Annelida
ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya pembuahan harus dilakukan
pada dua individu dengan saling memberikan sperma yang disimpan dalam
reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya perkawinan, maka kokon akan
lepas dan berisi butir-butir telur yang telah dibuahi.
Annelida dibagi
menjadi 7 kelas, yaitu Archiannelida,
Polychaeta, Myzostoma, Oligochaeta, Hirudinea, Echiurida, dan Gephyrea. Namun, hanya tiga kelas yang
dibahas dalam postingan ini.
Berikut gambarnya..
1.
Kelas Polychaeta
Sesuai dengan namanya, kelompok cacing ini berambut banyak. Tiap segmen
dilengkapi dengan parapodia, yaitu semacam kaki yang terdapat pada sisi kanan dan
kiri tubuhnya. Kepala dapat terlihat jelas dan bermata. Anggota species cacing
jenis ini paling banyak di antara cacing yang lain. Habitat berada di laut.
Pada cacing ini, alat kelamin cacing jantan dan betina sudah dapat
dibedakan, larvanya bersilia, dan dapat bergerak bebas yang disebut dengan trokopor. Pada saat musim kawin, bagian
tubuh tertentu membentuk gonad.
Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh.
Anggota yang terkenal jenis ini adalah cacing palolo (Eunice viridis)
dan cacing wawo (Lysidice oele). Di negara kita banyak
terdapat di daerah Maluku, pada musim tertentu akan muncul di permukaan air
laut. Cacing ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan yang mengandung
protein tinggi.
2.
Kelas Oligochaeta
Bentuk cacing Oligochaeta berkebalikan dari cacing Polychaeta, yaitu mempunyai sedikit seta/rambut, tidak mempunyai
mata dan parapodia. Sebagian besar cacing ini hidup di dalam air tawar atau di
darat. Oligochaeta bersifat
hermafrodit, tidak berparapodia, dan mempunyai beberapa setae.
Contoh dari kelas oligochaeta adalah, Aelosoma
sp., Chaetogaster sp., Rhinodrilus fafneri, Megacolides australis, dan Lumbricus terrestris (cacing tanah).
Cacing tanah mempunyai peranan
penting dalam menyuburkan tanah, mengapa? Makanan cacing ini adalah zat-zat
organik. Setelah zat-zat sisa organik dimakan cacing, selanjutnya dicerna di
dalam usus yang dibantu oleh enzim selulose. Jika cacing mengeluarkan feses,
maka akan dikeluarkan di permukaan tanah. Feses tersebut masih banyak
mengandung kalium fosfor dan nitrogen sehingga tanah di permukaan menjadi
subur, selain itu, cacing tanah ini banyak membuat lubang di dalam tanah
sehingga pada tempat tinggalnya terdapat aerasi/pertukaran udara berjalan
dengan baik.
3.
Kelas Hirudenea
Hirudinea hidup di air tawar atau di darat. Kelas ini mempunyai
anggota yang hidup parasitis atau predator dan tidak mempunyai parapodia atau
setae-setae. Tubuh tersusun dari 33 segmen, 1 buah prostomium, alat pengisap
berupa posterior atau anterior, bersifat hermafrodit, dan mempunyai banyak
jaringan ikat. Contohnya, Hirudo
medicinalis. (lintah).
Lintah merupakan hewan pengisap darah,
pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk
menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat
penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat antipembekuan darah sehingga darah
korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan
menjatuhkan dirinya ke dalam air.
*Sumber : BSE BiologiSMA Kelas X dari Kemdiknas.
Demikian saya ucapkan terima kasih untuk kunjungannya,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Silahkan kasih komentar jika ada yang
hal-hal yang ingin ditanyakan tentang materi
dan soal biologi SMP SMA REMBANG. Atau contact saya di no HP. 085641467626.
Atau via email di co.gaul86@gmail.com.
No comments:
Post a Comment
Silahkan masukkan komentar dan saran sesuai dengan postingan di atas. Untuk masalah di luar postingan di atas, silahkan tinggalkan pesan di buku tamu. Oke gan !! Atau yang maw bertanya seputar masalah biologi silahkan.